Suriname

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Republik Suriname

Republiek Suriname (Belanda)
SemboyanJustitia, Pietas, Fides
(Indonesia: "Keadilan, Kesederhanaan, Loyalitas")
Lagu kebangsaanGod zij met ons Suriname
(Indonesia: "Tuhan bersama Suriname kita")
Lokasi Suriname
Lokasi Suriname
Ibu kota
Paramaribo
5°50′N 55°10′W / 5.833°N 55.167°W / 5.833; -55.167
Bahasa resmiBelanda(Resmi),Jawa(sering digunakan)
PemerintahanRepublik sistem campuran1
• Presiden
Chan Santokhi
Ronnie Brunswijk
LegislatifDe Nationale Assemblée
Kemerdekaan
15 Desember 1954
• Dari Belanda
25 November 1975
Luas
 - Total
163.821 km2 (92)
 - Perairan (%)
1,1
Populasi
 - Perkiraan 2022
632.638[1] (170)
2,9/km2 (231)
PDB (KKB)2022
 - Total
$10,707 miliar[2]
$17.350[2]
PDB (nominal)2022
 - Total
$3,011 miliar[2]
$4.880[2]
Gini (1998)52,9[3]
tinggi
IPM (2019)0,738[4]
tinggi · 97
Mata uangDolar Suriname (SR$)
(SRD)
Zona waktuWaktu Suriname (SRT)
(UTC-3)
Lajur kemudikiri
Kode telepon+597
Kode ISO 3166SR
Ranah Internet.sr
  1. Gabungan dari konsep sistem presidensial dan sistem parlementer. Presiden dipilih oleh parlemen dan memegang kursi parlemen, seperti halnya perdana menteri, tetapi presiden kebal dari mosi tidak percaya, tidak seperti perdana menteri.
Sunting kotak info
Sunting kotak info • Lihat • Bicara
Info templat
Bantuan penggunaan templat ini

Suriname, secara resmi bernama Republik Suriname (Belanda: Republiek Suriname, Sranan Tongo: Republik Sranan), dulu bernama Guyana Belanda atau Guiana Belanda adalah sebuah negara di Amerika Selatan dan merupakan bekas jajahan Belanda. Negara ini berbatasan dengan Guyana Prancis di timur dan Guyana di barat. Di selatan berbatasan dengan Brasil dan di utara berbatasan dengan Samudra Atlantik.

Di Suriname tinggal sekitar 75.000 Jawa Suriname atau orang Jawa yang tinggal di Suriname.(keturunan orang Jawa yang dibawa ke Suriname oleh kolonial belanda sebagai pekerja pabrik tebu). Buruh Kontrak dan bahasa Jawa Using sebagai salah satu bahasa resmi di Suriname, mereka dibawa ke sana dari Hindia Belanda antara tahun 1890-1939. Suriname merupakan salah satu anggota Organisasi Konferensi Islam

Sejarah[sunting | sunting sumber]

Wilayah Suriname mulai dikenal luas sejak abad ke-15, yaitu ketika bangsa-bangsa imperialis Eropa berlomba menguasai Guyana, suatu dataran luas yang terletak di antara Samudera Atlantik, Sungai Amazon, Rio Negro, Sungai Cassiquiare dan Sungai Orinoco. Semula dataran ini oleh para ahli kartografi diberi nama Guyana Karibania (Guyana yang berarti dataran luas yang dialiri oleh banyak sungai dan Karibania dari kata Caribs yaitu nama penduduk asli yang pertama kali mendiami dataran tersebut).[butuh rujukan]

Dalam suatu cerita fiktif "El Dorado", Guyana digambarkan sebagai suatu wilayah yang kaya akan kandungan emas. Para ahli sejarah memperkirakan bahwa cerita fiktif tersebut merupakan salah satu faktor yang mendorong orang-orang Eropa untuk bersaing menguasai Guyana.[butuh rujukan]

Masa penjajahan[sunting | sunting sumber]

Pada tahun 1449 pelaut Spanyol, Alonzo de Ojeda dan Juan de la Cosa berlayar menyusuri pantai timur laut Amerika Selatan, yang saat itu mereka sebut Wild Coast, dan mendarat di wilayah Guyana. Vincent Juan Pinzon kemudian menguasai Guyana atas nama Raja Spanyol. Selama abad ke-16 dan ke-17, Guyana dikuasai silih berganti oleh Spanyol, Belanda, Inggris, Prancis dan Portugal.[butuh rujukan]

Pada tahun 1530 Belanda mendirikan pusat perdagangan pertama di dataran tersebut. Pada tahun 1593 raja Spanyol mengambil alih dan menguasai Guyana hingga tahun 1595, yaitu ketika para bangsawan Inggris datang dan mulai mengusai daerah-daerah pantai. Sementara itu, Belanda mulai mengembangkan perdagangannya secara bertahap di daerah pedalaman. Daerah Guyana sepenuhnya jatuh ke tangan Inggris sejak tahun 1630 hingga tahun 1639.[butuh rujukan]

Pada tahun yang sama Belanda berhasil menguasai kembali sebagian besar Guyana sedangkan Prancis menguasai daerah-daerah di samping sungai Suriname. Akibat dari persaingan tersebut, wilayah Guyana saat ini terbagi menjadi lima bagian yaitu Guyana Espanola (bagian dari Venezuela sekarang); Inglesa (Guyana sekarang); Holandesa (Suriname); Francesa (Cayenne) dan Portuguesa (bagian dari wilayah Brasil). Suriname terletak di bagian tengah dari wilayah Guyana yang telah terbagi-bagi tersebut, terbentang antara dua derajat hingga enam derajat Lintang Utara, dan antara 54 derajat hingga 58 derajat Bujur Barat dengan luas wilayah kurang lebih 163.265 kilometer persegi. Batas bagian timur wilayah Suriname adalah Sungai Marowijne yang memisahkan Suriname dengan Cayenne; di bagian selatan terdapat deretan pegunungan Acarai dan Toemoe hoemak yang memisahkan Suriname dengan wilayah Brasil. Di bagian barat berbatasan dengan wilayah Guyana yang ditandai oleh aliran Sungai Corantijne, sementara di bagian utara dibatasi oleh garis pantai Samudera Atlantik.[butuh rujukan]

Pada tahun 1651 Suriname diserang oleh Inggris dan sejak saat itu, menjadi wilayah kekuasaan Inggris hingga penandatanganan perjanjian perdamaian Breda tahun 1667. Berdasarkan perjanjian itu, Suriname menjadi wilayah kekuasaan Belanda. Namun Inggris kembali memasuki Suriname pada tahun 1781 hingga 1783 dan Suriname kemudian dijadikan daerah protektorat Inggris dari tahun 1799 hingga 1802. Melalui perjanjian Amiens, 27 Maret 1802, Suriname, Barbice, Demerara dan Essquibo berada di bawah kekuasaan Belanda, tetapi setahun kemudian Inggris kembali merebut wilayah-wilayah itu dan sejak tahun 1804 Suriname menjadi koloni Inggris dengan sebutan the British Interregnum.[butuh rujukan]

Selama Suriname berada di bawah kekuasaan Inggris, situasi ekonomi Suriname mengalami kemunduran. Penyebab utama adalah pelarangan perdagangan budak, sementara kebun-kebun masih sangat memerlukan tenaga buruh untuk dikelola. Selanjutnya melalui perjanjian London pada tanggal 13 Agustus 1814 dan diratifikasi dalam perjanjian Wina, Suriname dikembalikan lagi kepada pihak Belanda. Pemerintahan Suriname dipimpin langsung oleh seorang gubernur dengan didampingi oleh sebuah dewan kepolisian yang bertugas sebagai penasihat gubernur.[butuh rujukan]

Dengan dihapusnya perbudakan pada tanggal 1 Juli 1863, kehidupan ekonomi semakin tidak menentu. Pada tahun 1870, pemerintah Belanda menandatangani sebuah perjanjian dengan Inggris untuk mendatangkan imigran asing ke Suriname. Perjanjian ini diimplementasikan secara resmi pada tahun 1873 sampai 1917, di mana rombongan imigran Hindustan pertama dari India didatangkan. Kedatangan rombongan berikutnya adalah para imigran dari Jawa pada tahun 1890 - 1939. Seiring dengan ditempatkannya para imigran di sektor perkebunan, Suriname mengalami kemajuan pula dalam beberapa bidang lainnya. Telekomunikasi, pembuatan jalan raya dan pembukaan jalur hubungan laut langsung antara Suriname dan Belanda merupakan contoh.[butuh rujukan]

Menuju kemerdekaan[sunting | sunting sumber]

Pecahnya Perang Dunia Pertama tidak memengaruhi situasi ekonomi-politik Suriname. Pada tanggal 15 Desember 1954, pemerintah Belanda bersama beberapa wakil dari Suriname menandatangani sebuah memorandum yang isinya rencana pengakhiran penjajahan. Dalam sebuah Konferensi Meja Bundar pada tahun 1961, para wakil Suriname yang dipimpin oleh Perdana Menteri Johan Adolf Pengel menuntut dibentuknya sebuah pemerintahan sendiri. Tuntutan itu semakin menjadi setelah didirikannya beberapa partai politik yang dibentuk pada dasawarsa itu, semakin gencar menyampaikan tuntutan agar Suriname diberikan kebebasan penuh secepatnya.[butuh rujukan]

Tuntutan ini ditanggapi secara serius dengan diadakannya sebuah konferensi di Belanda pada tahun 1970. Konferensi ini diadakan untuk membicarakan persiapan pelepasan Suriname sekaligus menyusun kabinet yang terdiri dari wakil-wakil partai. Suriname selanjutnya menjadi negara merdeka sejak tanggal 25 November 1975. Walaupun demikian, perekonomian negara yang baru merdeka ini tetap sangat tergantung pada bantuan pembangunan Belanda.[butuh rujukan]

Upaya-upaya penggulingan kekuasaan[sunting | sunting sumber]

Pada tanggal 25 Februari 1980, lima tahun setelah kemerdekaannya, Suriname diguncang oleh kudeta yang dilancarkan pihak militer yang dilakukan oleh para Sersan yang dipimpin Sersan Mayor Desiree Delano Bouterse dan Sersan Roy Dennis Horb. Peristiwa kudeta ini telah mengakibatkan jatuhnya Pemerintah Demokrasi Parlementer pertama sejak kemerdekaan Suriname.[butuh rujukan]

Setelah Rezim Militer Berkuasa, timbullah gerakan-gerakan kontra-revolusi yang bertujuan untuk mengembalikan demokrasi di Suriname dengan kudeta. Namun beberapa usaha kudeta itu gagal untuk menggulingkan rezim militer Bouterse. Kudeta tersebut di antaranya: kudeta oleh Sersan Fred Ormskerk pada 30 Maret 1980, kudeta oleh Sersan Wilfred Hawker pada 15 March 1981, dan terakhir oleh Letnan Surendre Rambocus dan Sersan Djiewansingh Sheombar yang dibantu oleh kelompok sayap kanan, kaum Buruh, dan politisi Hindustani dan Jawa, tetapi kudeta ini pun gagal.[butuh rujukan]

Sebagai reaksi terhadap pemberontakan tersebut, pada tanggal 8 Desember 1982 pihak militer melakukan penembakan terhadap 15 tokoh oposisi demonstran. Peristiwa ini telah menjadi penyebab bagi dihentikannya bantuan pembangunan Belanda kepada Suriname, yang berdampak pada semakin buruknya kondisi perekonomian Suriname. Namun hal ini tidak membuat upaya menggulingkan rezim militer berhenti, justru ini memicu muncul perlawanan yang lain dan kali datang dari Etnis Bushnegro dan Amerindian di Pedalaman Suriname. Mereka tampil sebagai penentang utama kekuasaan militer. Kelompok-kelompok militan dari kedua golongan itu adalah kelompok Mandela (Bushnegro) di bawah pimpinan mantan anggota militer Ronnie Brunswijk dan kelompok Tukayana Amazones (Amerindian) di bawah pimpinan Alex Jubitana dan Thomas Sabajo.[butuh rujukan]

Sekitar 35.000 warga Bushnegro dan 6.500 penduduk asli Amerika menjadi pelaku utama pemberontakan melawan kekuasaan militer. Puncak konflik bersenjata terjadi pada tahun 1986, ketika tentara terpaksa menghadapi pemberontak Bushnegro yang bersatu dan menamakan dirinya Komando Hutan, dan satu peleton tentara yang gagal menangkap Ronnie Brunswijk kemudian terjadi pembantaian 35 orang Bushnegrin di desa Moiwana. (Moiwana). Pembantaian). Sementara itu, pada tahun yang sama, kelompok penduduk asli Amerika juga meningkatkan pemberontakannya. Krisis ini menyebabkan sekitar 7.000 warga Bushnegrin mengungsi ke Cayman (Guyana Prancis) dan mencari suaka politik dari pemerintah setempat.[butuh rujukan]

Kembali ke demokrasi[sunting | sunting sumber]

Pemerintah militer diakhiri dengan penyelenggaraan pemilihan umum pada bulan November 1987, yang telah mengembalikan kekuasaan pemerintah kepada golongan sipil. Namun, pemerintahan hasil pemilu ini tidak berjalan lama. Pada bulan Desember 1990, pihak militer kembali melancarkan kudeta tidak berdarah yang dikenal dengan sebutan Kudeta Telepon. Akibatnya pemerintah yang demokratis kembali lumpuh. Pihak militer kemudian membentuk Pemerintah Sementara yang salah satu tugasnya adalah mempersiapkan pemilihan umum yang demokratis.[5]

Pada bulan Mei 1991, Pemerintah Sementara telah berhasil menyelesaikan tugasnya, yaitu dengan diselenggarakannya pemilihan umum, tetapi hasilnya tidak sesuai dengan harapan militer, karena kemenangan berada di tangan golongan sipil. Pada bulan September tahun yang sama, telah terbentuk pemerintah yang baru, dan Drs. R.R. Venetiaan terpilih sebagai presiden dan dengan demikian, maka berakhirlah kekuasaan militer.[butuh rujukan]

Langkah terpenting yang segera diupayakan oleh Pemerintah Venetiaan adalah melanjutkan usaha-usaha ke arah perdamaian yang telah dirintis oleh pemerintah sipil sebelumnya. Hal ini tentunya merupakan tugas berat bagi pemerintah yang baru terbentuk tersebut, terutama karena kondisi ekonomi dan keuangan Suriname yang sangat memprihatinkan, sebagai akibat dari kemelut politik yang berkepanjangan. Dalam melaksanakan upaya perdamaian tersebut, Presiden R.R. Venetiaan telah membentuk suatu Komisi Khusus yang bekerja sama dengan lembaga-lembaga dan organisasi-organisasi terkait lainnya.[butuh rujukan]

Dalam Pemilu bulan Mei 1996 koalisi penguasa New Front (NF) dan Presiden Venetiaan mengalami kekalahan dan pemerintahannya digantikan oleh calon dari oposisi Drs. Jules Wijdenbosch Nationale Demokratische Partij (NDP) dan Radakishun Vooruitstrevende Hervorming Partij (VHP), yang terpilih menjadi Presiden dan Wakil Presiden.[butuh rujukan]

Kemudian pada pemilu yang diselenggarakan pada tanggal 25 Mei 2000, kekuasaan berhasil diraih kembali oleh kombinasi pengusa New Front yang terdiri dari parpol Nationale Partij Suriname (NPS), VHP, Pertjajah Luhur dan Surinaamse Partij van de Arbeid (SPA). Kemenangan New Front ini mengantarkan kembali R.R. Venetiaan (NPS) ke tampuk kursi kepresidenan dan memimpin Suriname untuk masa 5 tahun (tahun 2000-2005). Sebagai Wakil Presiden telah terpilih Jules Rattankoemar Ajodhia dari partai VHP.[butuh rujukan]

Geografi[sunting | sunting sumber]

Peta Suriname dengan wilayah sengketa berwarna hijau muda.

Suriname adalah negara merdeka terkecil di Amerika Selatan. Terletak di Perisai Guyana, sebagian besar terletak di antara garis lintang 1° dan 6°LU, dan garis bujur 54° dan 58°W. Negara ini berbatasan dengan Guyana Prancis di timur, Guyana di barat, Brasil di selatan dan Samudra Atlantik di utara. Perbatasan paling selatan dengan Guyana Prancis dan Guyana disengketakan oleh negara-negara ini di sepanjang sungai Marowijne dan Corantijn, sementara sebagian dari batas laut yang disengketakan dengan Guyana diarbitrasi oleh Pengadilan Tetap Arbitrase yang bersidang berdasarkan aturan yang ditetapkan dalam Lampiran VII dari Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hukum Laut pada 20 September 2007.[6][7]

Dua pegunungan utama adalah Pegunungan Bakhuis dan Pegunungan Van Asch Van Wijck. Julianatop adalah gunung tertinggi di negara ini dengan ketinggian 1.286 meter (4.219 kaki) di atas permukaan laut.[8] Gunung lainnya termasuk Tafelberg pada ketinggian 1.026 meter (3.366 kaki), Kasikasima pada ketinggian 718 meter (2.356 kaki), Goliathberg pada ketinggian 358 meter (1.175 kaki) dan Voltzberg pada ketinggian 240 meter (790 kaki).

Suriname memiliki enam ekoregion terestrial: hutan lembab Dataran Tinggi Guayana, hutan lembab Guiana, hutan rawa Paramaribo, Tepui, sabana Guiana, dan hutan bakau Guiana.[9] Luas hutannya mencapai 90,2%, tertinggi dibandingkan negara mana pun di dunia. Negara ini memiliki skor rata-rata Indeks Integritas Lanskap Hutan pada tahun 2019 sebesar 9,39/10, dan menempati peringkat kelima secara global dari 172 negara.[10]

Politik[sunting | sunting sumber]

Politik Suriname berlangsung dalam kerangka republik majelis independen demokrasi perwakilan, di mana Presiden Suriname adalah kepala negara dan kepala pemerintahan, dan sistem multi-partai yang majemuk. Presiden dipilih oleh dua pertiga mayoritas Majelis Nasional atau, jika gagal dua kali, oleh mayoritas Majelis Rakyat untuk masa jabatan 5 tahun. Jika sekurang-kurangnya dua pertiga anggota Majelis Nasional tidak setuju untuk memilih satu calon presiden, Majelis Rakyat dibentuk dari seluruh delegasi Majelis Nasional serta perwakilan daerah dan kota yang dipilih melalui pemungutan suara pada pemilu nasional.[11] Kekuasaan eksekutif dijalankan oleh pemerintah. Kekuasaan eksekutif secara teori bergantung pada Parlemen.

Kekuasaan legislatif berada di tangan pemerintah dan Majelis Nasional.[12][13] Majelis beranggotakan 51 orang, yang dipilih secara serentak dan populer untuk masa jabatan 5 tahun.[14]

Peradilan independen terhadap eksekutif dan legislatif. Badan ini dipimpin oleh Mahkamah Agung yang mengawasi pengadilan hakim. Anggota diangkat seumur hidup oleh presiden melalui konsultasi dengan Majelis Nasional, Dewan Penasihat Negara, dan Asosiasi Pengacara Swasta Nasional.[15]

Hubungan luar negeri[sunting | sunting sumber]

Negara-negara yang memiliki hubungan diplomatik dengan Suriname
Menteri Luar Negeri Suriname Albert Ramdin mengunjungi timpalannya dari Belanda Stef Blok pada Agustus 2020.

Karena sejarah kolonial Belanda yang panjang, Suriname memiliki hubungan khusus yang sudah lama terjalin dengan Belanda. Walaupun bantuan pembangunan ke Suriname sempat dibekukan oleh Belanda selama pemerintahan diktator Dési Bouterse,[16] kedua negara kembali memulihkan hubungan diplomatik dan mengangkat kembali duta besar mereka.[17][18] Pada bulan Agustus 2020, Menteri Luar Negeri Albert Ramdin adalah anggota pemerintahan Suriname pertama dalam sepuluh tahun yang melakukan kunjungan resmi ke Belanda.[19]

Pada akhir tahun 2000-an, Suriname mengintensifkan kerja sama pembangunan dengan negara berkembang lainnya. Kerja sama Selatan-Selatan Tiongkok dengan Suriname mencakup sejumlah proyek infrastruktur berskala besar, termasuk rehabilitasi pelabuhan dan pembangunan jalan. Brasil menandatangani perjanjian untuk bekerja sama dengan Suriname di bidang pendidikan, kesehatan, pertanian, dan produksi energi.[20]

Dengan Indonesia, Suriname telah menjalin hubungan diplomatik sejak tahun 1975, meskipun sudah terdapat Konsulat Jenderal Indonesia di Paramaribo sejak tahun 1964.[21] Keduanya memiliki hubungan khusus, berdasarkan kesamaan sejarah sebagai bekas jajahan Belanda, serta banyaknya orang Jawa yang dikirim ke sana sebagai tenaga kerja pada abad ke-19.[22] Kesamaan budaya Jawa di antara orang Jawa di Indonesia dan orang Jawa di Suriname menjadi jembatan penghubung budaya dan sejarah yang sama antara kedua negara. Yogyakarta dan Commewijne dari Suriname, menandatangani perjanjian kota kembar pada 4 April 2011.[23]

Suriname adalah anggota dari berbagai organisasi internasional. Diantaranya, sejak memperoleh kemerdekaan, Suriname telah menjadi anggota PBB, OAS, dan Gerakan Non-Blok. Suriname adalah anggota Komunitas Karibia dan Pasar Bersama dan Asosiasi Negara Karibia. Hal ini dikaitkan dengan Uni Eropa melalui Konvensi Lomé. Suriname berpartisipasi dalam Pakta Amazon, pengelompokan negara-negara di lembah Amazon yang berfokus pada perlindungan sumber daya alam kawasan Amazon dari degradasi lingkungan. Suriname telah menjadi anggota Forum Negara-Negara Kecil (FOSS) sejak didirikannya kelompok tersebut pada tahun 1992.[24]

Pembagian administratif[sunting | sunting sumber]

Peta distrik di suriname
Suriname dibagi menjadi 10 distrik:[butuh rujukan]

Suriname dibagi lagi menjadi 63 resor (ressorten).[butuh rujukan]

Lambang Negara[sunting | sunting sumber]

Lambang Suriname

Lambang negara Suriname digambarkan dalam bentuk dua orang Amer-Indian yang memegang busur panah dan mengapit sebuah perisai berbentuk oval, berdiri di atas pita dengan tulisan Justitia Pietas, Fides.[butuh rujukan]

Tergambar dalam perisai tersebut, di sisi kiri sebuah kapal layar dan di sisi sebelah kanan sebuah pohon sejenis palma. Kedua gambar tersebut dipisahkan oleh garis vertikal mengikat sebuah segi empat belah ketupat tepat di tengah perisai, dan di dalam segi empat belah ketupat tersebut tergambar bintang segi lima.[butuh rujukan]

Ekonomi[sunting | sunting sumber]

Representasi proporsional ekspor Suriname, 2019

Demokrasi Suriname memperoleh beberapa kekuatan setelah tahun 1990-an yang bergejolak, dan ekonominya menjadi lebih beragam dan tidak terlalu bergantung pada bantuan keuangan Belanda. Penambangan Bauksit (bijih aluminium) dulunya merupakan sumber pendapatan yang kuat. Penemuan dan eksploitasi minyak dan emas telah menambah secara substansial kemandirian ekonomi Suriname. Pertanian, terutama padi dan pisang, tetap menjadi komponen ekonomi yang kuat, dan ekowisata memberikan peluang ekonomi baru. Lebih dari 93% daratan Suriname terdiri dari hutan hujan yang masih alami; dengan pendirian Cagar Alam Suriname Tengah pada tahun 1998, Suriname menunjukkan komitmennya terhadap konservasi sumber daya yang berharga ini. Cagar Alam Suriname Tengah menjadi Situs Warisan Dunia pada tahun 2000.[butuh rujukan]

  • PDB (perkiraan 2010): US$4,794 miliar.
  • Tingkat pertumbuhan tahunan PDB riil (perkiraan 2010): 3,5%.
  • PDB per kapita (perkiraan 2010): US $9.900.
  • Inflasi (2007): 6,4%.
  • Sumber daya alam: Bauksit, emas, minyak, bijih besi, mineral lainnya; hutan; potensi pembangkit listrik tenaga air; ikan dan udang.
  • Pertanian: Produk—beras, pisang, kayu, inti sawit, kelapa, kacang tanah, buah jeruk, dan hasil hutan.
  • Industri: Jenis—alumina, minyak, emas, ikan, udang, kayu.
  • Perdagangan:
    • Ekspor (2012): $2,563 miliar: alumina, emas, minyak mentah, kayu, udang dan ikan, beras, pisang. Konsumen utama: Amerika Serikat 26,1%, Belgia 17,6%, UEA 12,1%, Kanada 10,4%, Guyana 6,5%, Prancis 5,6%, Barbados 4,7%.[25]
    • Impor (2012): $1,782 miliar: peralatan modal, minyak bumi, bahan makanan, kapas, barang konsumsi. Pemasok utama: Amerika Serikat 25,8%, Belanda 15,8%, Cina 9,8%, UEA 7,9%, Antigua dan Barbuda 7,3%, Antillen Belanda 5,4%, Jepang 4,2%.[25]

Demografi[sunting | sunting sumber]

Populasi[sunting | sunting sumber]

Populasi Suriname terdiri dari beberapa kelompok minoritas. Kelompok terbesarnya adalah Hindustani.[butuh rujukan]

Berdasarkan Sensus Tahun 1990, sekitar 143.640 orang (34,2%) adalah keturunan Hindustani, 132.300 orang (31,5%) adalah Kreol, 95.740 orang (22,8%) adalah orang Jawa, 35.700 orang (8,5%) merupakan keturunan Bushnegro, dan 7.560 orang (1,8%) adalah Amerindian. Sisanya 5.040 orang (1,2%) merupakan keturunan Tionghoa, Eropa (Portugis, Belanda, Inggris), Yahudi Sefardim, Brasil, dan Libanon.[butuh rujukan]

Berdasarkan data statistik dari Biro Pusat Administrasi Kependudukan Suriname, jumlah penduduk Suriname pada sensus tahun 2003 tercatat 481.146 warga negara Suriname dengan rata-rata pertumbuhan penduduk 1,3 %. Selain itu terdapat pula warga asing, di antaranya: orang Brasil (45.000), orang Guyana (40.000), dan lain-lain (orang Karibia, orang Venezuela, orang Kolombia dan lain-lain mencapai 10.000 jiwa).[butuh rujukan]

Populasi Suriname berdasarkan sensus tahun 2004 adalah sebagai berikut:[butuh rujukan]

Agama[sunting | sunting sumber]

Pada sensus tahun 2020 , rasio Agama adalah sebagai berikut:[26]

Bahasa[sunting | sunting sumber]

Bahasa Belanda merupakan bahasa resmi di Suriname. Orang Suriname juga berbicara bahasa mereka: Sranang Tongo, bahasa Hindustani, Bahasa Jawa atau bahasa Jawa Suriname, dan lainnya. Dan juga bahasa asal bahasa Karibia dan bahasa Arawakan, orang India Suriname juga bicara bahasa mereka sendiri. Selain itu, bahasa Inggris juga digunakan luas, terutama dalam fasilitas dan toko yang berorientasi pariwisata.[butuh rujukan]

Budaya[sunting | sunting sumber]

Turis[sunting | sunting sumber]

Lihat pula[sunting | sunting sumber]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ "Explore all countries–Suriname". World Fact Book. Diakses tanggal 24 Oktober 2022. 
  2. ^ a b c d "Suriname". International Monetary Fund. 10 October 2022. Diakses tanggal 30 October 2022. 
  3. ^ "Gini Index". World Bank. Diakses tanggal 2 Maret 2011. 
  4. ^ Human Development Report 2020 The Next Frontier: Human Development and the Anthropocene (PDF). United Nations Development Programme. 15 December 2020. hlm. 343–346. ISBN 978-92-1-126442-5. Diakses tanggal 16 December 2020. 
  5. ^ Putra, DP (2006). Konsolidasi Demokrasi di Suriname (PDF). Yogyakarta: Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. hlm. 02. 
  6. ^ Permanent Court of ArbitrationGuyana v. Suriname Diarsipkan 8 February 2013 di Wayback Machine.
  7. ^ Award of the Tribunal Diarsipkan 2 January 2011 di Wayback Machine.. pca-cpa.org. Retrieved 15 August 2012.
  8. ^ "Wilhelmina Gebergte". Britannica.com. 
  9. ^ Dinerstein, Eric; et al. (2017). "An Ecoregion-Based Approach to Protecting Half the Terrestrial Realm". BioScience. 67 (6): 534–545. doi:10.1093/biosci/bix014alt=Dapat diakses gratis. ISSN 0006-3568. PMC 5451287alt=Dapat diakses gratis. PMID 28608869. 
  10. ^ Grantham, H. S.; et al. (2020). "Anthropogenic modification of forests means only 40% of remaining forests have high ecosystem integrity – Supplementary Material". Nature Communications. 11 (1): 5978. doi:10.1038/s41467-020-19493-3alt=Dapat diakses gratis. ISSN 2041-1723. 
  11. ^ "De Verenigde Volksvergadering". National Assembly (dalam bahasa Belanda). Diakses tanggal 15 July 2020. 
  12. ^ "Het werk van DNA". National Assembly of Suriname (dalam bahasa Belanda). Diakses tanggal 15 July 2020. 
  13. ^ "Grondwet van de Republiek Suriname - Article 70". Suriname.nu (dalam bahasa Belanda). Diakses tanggal 15 July 2020. 
  14. ^ "Grondwet van de Republiek Suriname Article 55". Suriname.nu (dalam bahasa Belanda). Diakses tanggal 15 July 2020. 
  15. ^ "Grondwet van de Republiek Suriname Article 133". Suriname.nu (dalam bahasa Belanda). Diakses tanggal 15 July 2020. 
  16. ^ "Timeline: Suriname". BBC News. Diakses tanggal 25 December 2021. 
  17. ^ "Santokhi: "Suriname zal band met Nederland herstellen"". Suriname Herald (dalam bahasa Belanda). Diakses tanggal 16 July 2020. 
  18. ^ "NEDERLAND ROEPT OM HERSTEL RELATIE MET SURINAME". United News (dalam bahasa Belanda). Diakses tanggal 16 July 2020. 
  19. ^ "Binnen drie maanden ambassadeurs in Suriname en Nederland". NOS (dalam bahasa Belanda). 24 August 2020. Diakses tanggal 25 August 2020. 
  20. ^ Erthal Abdenur, Adriana (2013). "South-South Cooperation in Suriname: New Prospects for Infrastructure Integration?" (PDF). Integration and Trade. 36 (17): 95–104. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 8 January 2014. 
  21. ^ Indonesia-Suriname Bilateral Relations
  22. ^ "Indonesia, Suriname set for stronger cooperation". The Jakarta Post. March 19, 2013. Diakses tanggal 10 June 2013. 
  23. ^ "Kerjasama Sister City, Eratkan RI-Suriname". Ministry of Foreign Affairs of Republic of Indonesia. April 7, 2011. Diarsipkan dari versi asli tanggal May 2, 2014. Diakses tanggal May 2, 2014. 
  24. ^ 50 Years of Singapore and the United Nations. World Scientific. 2015. ISBN 978-981-4713-03-0. access-date=28 March 2024
  25. ^ a b Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama cia
  26. ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-01-23. Diakses tanggal 2021-08-24. 

Bacaan lebih lanjut[sunting | sunting sumber]

  • Negara dan Bangsa Jilid 9: Amerika Utara, Amerika Tengah dan Amerika Selatan. Jakarta: Widyadara. 1988. ISBN 979-8087-08-9.  (Indonesia)
  • Box, Ben, Footprint Focus Guide: Guyana, Guyane & Suriname, (Footprint Travel Guides, 2011)
  • Counter, S. Allen and David L. Evans, I Sought My Brother: An Afro-American Reunion, Cambridge: MIT Press, 1981
  • Dew, Edward M., The Trouble in Suriname, 1975–93, (Greenwood Press, 1994)
  • Gimlette, John, Wild Coast: Travels on South America's Untamed Edge (Profile Books, 2011)
  • McCarthy Sr., Terrence J., A Journey into Another World: Sojourn in Suriname, (Wheatmark Inc., 2010)
  • Westoll, Adam, Surinam, (Old Street Publishing, 2009)

Pranala luar[sunting | sunting sumber]

Situs web pemerintah, presiden, dan Majelis Nasional